Penyakit Sifilis merupakan salah satu dari Penyakit Menular Seksual (PMS), penyakit ini awalnya disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini dapat menyebar melalui kontak seksual, transfusi darah, atau dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya.

Klinik Kulit dan Kelamin di Klinik Utama Pandawa

Tanya Dokter Kelamin GRATIS disini: Klinik Sifilis

Sifilis dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk sistem saraf, jantung, dan pembuluh darah. Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk kerusakan jantung, saraf, dan otak pemeriksaan sifilis.

Penyebab Sifilis

Penyebab Sifilis Seperti disebutkan sebelumnya, sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual yang melibatkan kontak langsung dengan luka sifilis atau ruam pada pasangan yang terinfeksi. Selain itu, sifilis juga dapat menyebar melalui transfusi darah dan transmisi dari ibu hamil ke janinnya.

Sifilis tidak menyebar melalui kontak sehari-hari, seperti bersentuhan, berpelukan, atau berbagi pakaian dan handuk. Namun, risiko penularan meningkat jika seseorang memiliki luka terbuka atau infeksi kulit lainnya.

Klinik Sifilis

Gejala Sifilis

Gejala sifilis bervariasi berdasarkan fase penyakit, yang mencakup sifilis primer, sekunder, laten, dan tersier. Berikut ini adalah gejala-gejala yang muncul pada setiap tahap:

  1. Sifilis Primer: Pada tahap awal ini, gejala yang khas adalah munculnya luka terbuka yang dikenal sebagai chanker. Luka ini biasanya terjadi di tempat bakteri memasuki tubuh, seperti pada organ reproduksi, dubur, atau mulut. Chanker umumnya tidak menimbulkan rasa sakit dan muncul sekitar 10 hingga 90 hari setelah paparan bakteri. Jika tidak diobati, chanker akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 hingga 6 minggu.

  2. Sifilis Sekunder: Pada fase ini, gejala yang umum meliputi erupsi kulit, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, penurunan berat badan, dan pembesaran kelenjar getah bening. Erupsi kulit biasanya tidak gatal dan dapat muncul di telapak tangan, telapak kaki, atau bagian tubuh lainnya. Gejala ini biasanya terjadi sekitar 2 hingga 10 minggu setelah chanker menghilang. Tanpa pengobatan, gejala akan menghilang dalam beberapa minggu atau bulan, tetapi infeksi masih ada di dalam tubuh.

  3. Sifilis Laten: Selama fase laten, gejala sifilis menghilang, namun bakteri masih aktif di dalam tubuh. Fase ini dapat berlangsung bertahun-tahun dan dapat berlanjut ke tahap tersier jika tidak diobati.

  4. Sifilis Tersier: Tahap tersier ini dapat terjadi beberapa tahun setelah infeksi awal dan dapat menyebabkan kerusakan serius pada berbagai organ tubuh. Gejala pada tahap ini bervariasi, tergantung pada organ yang terpengaruh. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi meliputi gangguan saraf, kerusakan jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi, serta kebutaan. Sifilis tersier tidak selalu muncul pada semua individu yang terinfeksi, tetapi jika tidak diobati, dapat menyebabkan kematian.


Penting untuk diingat bahwa sifilis dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin, jika dideteksi dan ditangani pada tahap awal. Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala yang dicurigai atau memiliki riwayat kontak seksual dengan seseorang yang mungkin terinfeksi sifilis, segera konsultasikan dengan profesional medis.

Klinik Kulit dan Kelamin

Komplikasi Sifilis

Jika sifilis tidak diobati atau terlambat dalam pengobatan, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan berpotensi mengancam jiwa. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:

  1. Kerusakan saraf: Sifilis dapat menyebabkan neurosifilis, yang merupakan infeksi pada sistem saraf pusat. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah neurologis seperti meningitis, stroke, kehilangan koordinasi, gangguan pendengaran, atau bahkan kebutaan.

  2. Kerusakan jantung dan pembuluh darah: Sifilis yang tidak diobati dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah dan jantung. Komplikasi ini dapat meliputi aortitis (peradangan dinding aorta), aneurisma aorta, atau regurgitasi katup jantung, yang dapat menyebabkan gagal jantung.

  3. Komplikasi kehamilan: Sifilis pada wanita hamil dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan bayi. Infeksi ini dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, kematian bayi dalam kandungan, atau cacat lahir pada bayi yang lahir hidup.

Pemeriksaan Sifilis 

Untuk mendiagnosis sifilis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan sifilis, yang meliputi:

  1. Pemeriksaan fisik: Dokter akan memeriksa adanya tanda-tanda sifilis, seperti chanker atau ruam, dan menilai riwayat medis dan seksual pasien.

  2. Tes darah: Tes darah digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Treponema pallidum. Tes ini meliputi tes non-treponemal (seperti VDRL atau RPR) dan tes treponemal (seperti FTA-ABS atau TP-PA). Kedua tes ini sering dilakukan bersamaan untuk meningkatkan akurasi diagnosis.

  3. Pemeriksaan cairan chanker atau ruam: Jika ada luka atau ruam yang mencurigakan, dokter mungkin akan mengambil sampel cairan dengan menggunakan jarum atau swab. Sampel ini kemudian diperiksa di laboratorium untuk melihat adanya bakteri Treponema pallidum.

  4. Pemeriksaan cairan cerebrospinal: Jika dokter mencurigai adanya neurosifilis, cairan cerebrospinal (yang diperoleh melalui pungsi lumbal) akan diperiksa untuk mengetahui adanya infeksi bakteri di sistem saraf pusat.

Jika Anda dicurigai terkena sifilis atau memiliki faktor risiko, segera temui dokter untuk pemeriksaan dan pengobatan. Pengobatan yang tepat dan segera dapat mencegah komplikasi serius akibat sifilis.

Pemeriksaan sifilis dapat dilakukan di Klinik Sifilis Jakarta (Klinik Utama Pandawa).

Pengobatan Sifilis

Mengatasi sifilis sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Berikut ini adalah beberapa langkah yang biasanya diambil dalam pengobatan sifilis:

  1. Antibiotik
  2. Tindak lanjut: Pasien yang menjalani pengobatan sifilis akan diminta untuk kembali berkunjung ke dokter dalam interval tertentu (misalnya, setelah 3, 6, dan 12 bulan) untuk memastikan pengobatan berhasil. Tes darah akan diulang untuk memonitor respons terhadap pengobatan.

  3. Pemeriksaan dan pengobatan pasangan: Penting untuk memeriksa dan mengobati pasangan seksual yang mungkin terinfeksi. Ini akan membantu mencegah penularan kembali dan mengendalikan penyebaran penyakit.

  4. Pencegahan penularan: Selama menjalani pengobatan, pasien harus menghindari kontak seksual untuk mencegah penularan penyakit kepada pasangan. Praktik seks yang aman, seperti penggunaan kondom, juga penting untuk mengurangi risiko penularan.

  5. Edukasi dan konseling: Memberikan informasi dan dukungan kepada pasien dan pasangannya mengenai sifilis, pengobatan, dan pencegahan sangat penting. Hal ini membantu mereka menghadapi situasi secara emosional dan memahami pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan.

Pengobatan Sifilis atau Raja Singa dapat dilakukan di Klinik Pengobatan Sifilis.


Perlu diingat bahwa pengobatan sifilis tidak akan memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi pada organ tubuh akibat penyakit ini, tetapi dapat mencegah kerusakan lebih lanjut. Oleh karena itu, penting untuk mendeteksi dan mengobati sifilis sesegera mungkin. 

Jika Anda mencurigai bahwa Anda mungkin terkena sifilis atau memiliki faktor risiko, segera hubungi dokter spesialis kelamin di Klinik Pandawa untuk pemeriksaan dan pengobatan yang tepat.